Pihak berwenang Indonesia belum memutuskan apakah akan memotong bea cukai ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil / CPO) mereka, tiga pejabat mengatakan kepada Reuters karena bea cukai mereka tetap pada tingkatan tertinggi selama lima bulan berturu-turut, menekan permintaan.
Indonesia, produsen terbesar minyak nabati di dunia, meningkatkan bea cukai ekspor CPO tahun lalu untuk menghasilkan dana bagi program bahan bakar hayati berbasis kelapa sawit-nya yang ambisius dan skema penanaman kembali bagi petani kecil, dengan mengorbankan permintaan.
"Hal ini masih sedang didiskusikan … bea cukai ekspor tersebut perlu ditinjau,” kata Joko Supriyono, anggota dewan pengawas BPDP, badan pemerintah yang bertanggung jawab atas program minyak kelapa sawit bersubsidi, kepada Reuters.
"[Kami perlu] mempertimbangkan dinamika pasar tetapi juga mendukung keberlanjutan program bahan bakar hayati dan program penanaman kembali,” tambahnya.
Musdhalifah Machmud, wakil menteri pangan dan pertanian, mengatakan kepada Reuters bahwa pihak berwenang secara rutin meninjau bea cukai, tetapi belum ada keputusan mengenai pemotongan cukai.
Abdul Rochim, direktur jenderal kementerian perindustrian mengatakan bahwa permasalahan ini sedang diperdebatkan namun belum ditentukan.
Bea cukai telah dinaikkan dari tarif tetap 55 Dolar Amerika per ton menjadi sistem progresif yang bergantung pada harga di antara 55 – 255 Dolar Amerika per ton. Untuk bulan Juni, tarifnya ditetapkan di angka 255 Dolar Amerika untuk bulan kelima berturut-turut.
Analis, pedagang dan kelompok perdagangan telah memperingatkan kalau tarif tinggi akan berdampak pada permintaan minyak serbaguna karena konsumen akan mencari alternatif yang lebih murah, sementara para petani mengatakan bahwa bea cukai yang lebih tinggi menurunkan harga tandan buah segar mereka.
Namun kebijakan bahan bakar hayati Indonesia, yang mewajibkan solar untuk dicampur dengan 30% kandungan hayati dari kelapa sawit, telah membantu negeri tersebut mengatasi kelebihan pasokan kelapa sawit dan telah mendukung harga.
Kelompok industri sektor hilir menunjukkan dukungan untuk bea cukai yang lebih tinggi bagi minyak kelapa sawit, yang banyak ditemukan pada produk konsumen, mengatakan bahwa hal itu menjamin pasokan dan pengiriman minyak kelapa sawit dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Ekspor CPO Indonesia meningkat 18,7% pada bulan Maret dibandingkan dengan tahun lalu, menurut laporan asosiasi minyak kelapa sawit negeri tersebut, GAPKI. GAPKI belum merilis data untuk bulan-bulan berikutnya.
Sumber: www.theedgemarkets.com