top of page

Teknologi Blockchain Menambah Nilai Besat pada Produksi Minyak Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit dan produk minyak kelapa sawit merupakan kontroversi di Uni Eropa dalam sudut pandang keberlanjutan (dampak deforestasi dan keanekaragaman hayati), dampak sosial dan iklim

Pelaku industri minyak kelapa sawit harus tetap berpikiran terbuka dan mengeksplorasi teknologi terkini, yaitu teknologi blockchain yang bisa menawarkan nilai tambah dan membedakan produksi minyak kelapa sawit Malaysia yang berkelanjutan dan terpercaya.


“Penerapan teknologi blockchain di industri minyak kelapa sawit Malaysia tidak hanya memberikan tingkat kepercayaan yang belum pernah ada sebelumnya pada rantai pasokan, namun juga berkontribusi untuk melindungi kondisi kerja dan hubungan kerja yang legal bagi pekerja kebun serta memberikan perkebunan data yang banyak mengenai panen tanaman,” kata mitra manajemen divisi Strategi dan Penasehat Bisnis Lardi & Partner Consulting GmbH, Kamales Lardi.


Dia juga merupakan salah satu panelis pada Konferensi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Internasional (International Palm Oil Sustainability Conference / IPOSC 2020) baru-baru ini yang dibawakan oleh Malaysian Palm Oil Council (MPOC).


Kamales mengatakan manfaat-manfaat utama blockchain (buku besar digital yang terbuka dan dibagikan) adalah ketertelusuran waktu nyata minyak kelapa sawit dari penanaman hingga panen, pengurangan biaya dan upaya untuk pelacakan berkelanjutan serta proses sertifikasi dan peningkatan kondisi tenaga kerja dan management perkebunan.


Ini juga dapat menyediakan data pengelolaan tanaman, persediaan perkebunan digital, melacak konsensi lahan, serta meminimalkan pembusukan dengan pemantauan dan kelembaban selama pemrosesan, penyimpanan dan pengangkutan.


Oleh karena itu, teknologi blockchain adalah solusi untuk panggilan Uni Eropa (UE) untuk kerangka kerja yang memastikan semua rantai pasokan importir komoditas pertanian dapat dilacak kembali ke asal bahan baku, jelasnya.


Minyak kelapa sawit dan produk minyak kelapa sawit merupakan kontroversi di Uni Eropa dari sudut pandang keberlanjutan (dampak deforestasi dan keanekaragaman hayati), dampak sosial dan iklim.


“Saya melihat potensi yang besar untuk digitalisasi dan keuntungan yang bisa didapat melalui blockchain, jadi tetaplah berpikiran terbuka dan jelajahi lebih lanjut teknologi tersebut. Hingga saat ini penerapan di lapangan masih sangat kurang, terutama di industri minyak kelapa sawit.


“Kita perlu mempercepat adopsi teknologi (blockchain) ini dan ketertelusuran untuk kepentingan keberlanjutan, terutama untuk tanaman dari setengah juta petani kecil,” katanya.


Sekitar lima juta orang di Asia secara langsung bergantung pada industri minyak kelapa sawit dan tiga juta petani kecil hidup dari minyak kelapa sawit secara global, sekitar 40 persen dari total produksi minyak kelapa sawit global.


Tujuh puluh persen hasil panen digunakan dalam produksi pangan, 20 persen untuk alat kebersihan dan kegunaan pribadi, dan 10 persen sisanya digunakan sebagai bahan baku dan bahan bakar nabati.


Perkebunan kelapa sawit kini mencakup lebih dari 27 juta hektar permukaan bumi.


Dia mengatakan salah satu tantangan ketika menangani teknologi ini di beberapa industri adalah tingkat kesusahan dan kompleksitas teknologinya untuk diterapkan.


“Namun jika anda pikirkan, blockchain mirip dengan internet… saat ini semua orang menggunakan internet dan tidak ada yang benar-benar tahu cara kerjanya.


“Kita akan mengatakan blockchain akan menjadi sesuatu yang sangat mirip dalam beberapa tahun mendatang. Ia akan menjadi platform atau dasar untuk menciptakan kepercayaan dan ketertelusuran bagi banyak rantai pasokan tetapi kita tidak perlu memahami cara kerja teknologi tersebut,” katanya.


IPOSC 2020 merupakan konferensi dua tahunan MPOC yang menyoroti tantangan keberlanjutan dan kesempatan dalam industri minyak kelapa sawit Malaysia bagi semua pemangku kepentingan.


Thaun ini, IPOSC 2020 ke-6 diselenggarakan pada platform virtual, yang terdiri dari dua modul, sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19 secara global.


bottom of page