Desainer asal Bosnia Nataša Perković mendaur ulang limbah berserat dari pabrik minyak kelapa sawit untuk menciptakan koleksi Minyak Sawit Reklamasi, yang dibuat dengan bahan sesedikit mungkin.
Terdiri dari kursi yang dapat ditumpuk, tiga piring dan lampu gantung yang semuanya dicetak dengan cetakan 3D, koleksi tersebut diciptakan dalam upaya untuk merubah produk sampingan industri minyak kelapa sawit dari “gangguan lingkungan” menjadi bahan yang berkelanjutan.
Kelapa sawit ditanam untuk diambil minyaknya, yang diekstraksi dari biji kecil tanaman yang dibungkus serat dan tersimpan di dalam biji. Sejumlah besar serat tersisa dari proses ini, di mana sebagian besar dibakar atau dibiarkan di tanah sebagai pupuk.
"Ada banyak cara yang lebih baik untuk menggunakan bahan selulosa ini,” kata Perković.
"Pada saat ini industri minyak kelapa sawit, sebagian besarnya, merupakan pelaku kejahatan lingkungan –bertanggung jawab atas deforestasi yang menyebabkan perubahan iklim dan hilangnya satwa liar,” lanjutnya.
"Konsumsi minyak kelapa sawit global kemungkinan besar tidak akan menurun drastis, jadi tantangannya adalah untuk membuat produksinya berkelanjutan.”
Dirancang untuk menampilkan sifat material komposit limbah minyak kelapa sawit yang baru dikembangkan, Perković dan timnya di Kyoto Design bertujuan untuk menggunakan material dalam jumlah sesedikit mungkin namun tetap mempertahankan stabilitas struktural.
"Limbah serat dari proses industri minyak kelapa sawit merupakan produk sampingan terbesar di Asia Tenggara, namun potensinya sebagai bahan desain belum dieksplorasi,” kata Perković. "Proyek ini ditujukan untuk membuat sesuatu yang berharga dari ketiadaan.”
"Sifat fisika-kimiawi dari limbah serat dipelajari bersamaan dengan perkembangan dalam ilmu bahan berbasis bio untuk memungkinkan bahan yang dibuang ini untuk memperoleh nilai estetika yang tinggi dan nilai guna,” tambahnya.
Gabungan metode produksi berteknologi tinggi dan berteknologi rendah digunakan untuk menciptakan produk untuk mendemonstrasikan keragaman material.
Pendekatan berteknologi tinggi digunakan untuk membuat kursi, dan melibatkan pencampuran serbuk mikro serat kelapa sawit dengan asam polilaktat (PLA) – bioplastik yang diciptakan dari asam laktat – untuk membuat material komposit baru.
Komposit ini kemudian dapat dijadikan sebagai filamen untuk pencetakan 3D, atau sebagai pelet untuk pencetakan modul injeksi. Jika diproduksi dalam skala industri, kursi tersebut akan menggunakan pencetakan modul injeksi. Namun model Perković, dicetak dengan pencetakan 3D.
Perković memilih desain bulat untuk membuat kursinya terlihat lebih “ramah” dan “netral”, dapat cocok dengan maupun melengkapi berbagai interior dengan gaya yang berbeda.
Serat kelapa sawit yang terlihat tertanam di dalam material, dan memperkuat PLA sekaligus memberikan tampilan dan permukaan natural daripada plastik biasa.
Kursi tersebut juga dilengkapi dengan elemen seperti bantal yang dapat dilepas, yang terbuat dari campuran serat kelapa sawit dan elastomer termoplastik (TPE), atau lebih dikenal sebagai karet termoplastik.
Untuk memastikan setiap desain – terutama kursi – dapat dibuang secara berkelanjutan pada akhir masa pakainya, Perković menghindari penggunaan lebih dari satu bahan, karena lebih sulit dan mahal untuk memisahkan produk berbahan majemuk.
Kursi tersebut dan bantalnya merupakan bahan yang dapat terurai secara hayati dalam pembuangan umum dan dapat didaur ulang dengan PLA lainnya.
Selain itu, bantalnya telah “diapit” dan tidak terikat pada kursi, membuat kedua bagian ini mudah dipisahkan jika pengguna ingin mendaur ulang salah satunya.
"Tujuannya adalah agar bahan ini menjadi sangat kuat, dan agar produksinya serta siklus hidupnya menjadi ramah lingkungan,” jelas Perković.
"Dengan bahan alaminya, bahan baru ini akan menua lebih lama dibandingkan dengan plastik biasa, sehingga menghadirkan pilihan lain dari plastik berbahan bakar fosil, serta memiliki dampak yang lebih baik terhadap lingkungan,” tambahnya.
Metode produksi berteknologi rendah digunakan untuk menunjukkan bagaimana bahan limbah dapat digunakan untuk menciptakan produk-produk rumah tangga seperti mangkuk, piring dan lampu.
Perković dan timnya bereksperimen dengan teknik pembuatan kertas tradisional dan pencetakan kompresi untuk menciptakan barang, pertama-tama direndam, direbus, diaduk, dan kemudian merobek-robek serat kelapa sawit secara halus.
Serat kemudian dicampur dengan pasta beras Jepang (denpun nori) untuk menciptakan campuran “seperti bubur”, dan disaring melalui saringan cekung sebelum dibentuk menjadi kertas menggunakan saringan jaring datar, atau dicetak menjadi bentuk tiga dimensi, dan dikeringkan dengan angin ataupun dengan oven.
Menurut desainernya, proses berteknologi rendah yang memanfaatkan kembali limbah serat kelapa sawit menggunakan peralatan dapur dan tenaga yang sedikit dapat diadopsi oleh negara berkembang menggunakan bahan limbah serat selulosa lainnya seperti kayu atau bambu.